Sunday, July 19, 2009

2. WEDDING PARTY

Pada keesokan harinya, tiba pulalah pesta perkawinan saya dengan LEN di kampung asalnya. Kebetulan kami selaku rombongan pengantin laki laki agak telat sampai ke kampung asal mertuaku. Yaitu kampung asal yang tidak pernah kulaui semur hidupku. Baru semalam saya menginjakkan kaki di kampung itu. Yaitu dalam rangka acara pernikahanku dengan LEN. Dan berselang beberapa jam, inilah kali yang kedua. Yaitu untuk disandingkan dengan istriku. Camera camera tak tinggal diam mengabadikan persandingan kami. Selesailah sudah masa masa lajang. Selesailah sudah cerita cerita cinta berpacaran dengan siapapun. Len telah merangkulkan hidupnya dipundakku. Dia yang duduk di sampingku di pelaminan berdekorasi indah itu, akan ikut bersamaku nanti untuk selamanya. Sesekali aku menatap wajahnya. Aku sering bergumam dalam hati, rupanya dialah istriku. Kenapa Tuhan tidak mempertemukan aku dengan dia? Kenapa baru beberapa bulan yang lalu aku mengenalnya. Tapi aku memgambil kesimpulan saja. Mungkin inilah yang terbaik bagi kami. Mungkin jika dua tahun yang lalu aku mengenalnya, barangkali selama dua tahun pulalah aku selalu rindu ingin selalu bersamanya. Padahal urusan jodoh adalah urusan Yang Kuasa. waktu terus berjalan dalam acara wedding party itu. Ia terus mengenakan busana adat yang berlaku bagi adat keluargaku. Sementara aku juga sudah memakai pakaian adat perkawinan yang mereka sediakan. Kami disandingkan dengan busana adat keluarga istriku. Dalam acara ini, kami juga disuruh untuk memakan sebuah telur. Saya yang memakan lebih dahulu. Sisa telor makananku lalu dimakan LEN pula. Begitulah adat yang berlaku di keluarganya. Saya hanya mengikuti saja. Meskipun begitu, masih sangat banyak kejanggalan yang diperbuat keluargaku. Tapi mertuaku dan familinya sudah maklum. Mereka tidak mempersulit kami lagi dengan adat budaya yang Yang tidak kami mengerti. Semua berjalan baik dalam pesta itu. Mana yang tidak kumengerti, mereka mengajarinya, mana persyaratan yang kurang, terus mereka cari solusioya. Begitulah acara pernikahan dan pesta perkawinan kami. Semuanya berjalan atas banyaknya ketidak mengertian kami dan selesai atas ketulusan dan atas mengertinya mertuaku karena kami benar benar berada pada posisi adat dan budaya yang berbeda.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment