Wednesday, July 22, 2009

11. MIE JOMPUT

Ketika malam telah datang, pemain dikir (mardikir) undangan ayahku telah datang untuk memeriahkan malam pesta kami. Dentuman gendang terus berbunyi, senandung lagu lagu pujian terhadap Nabi terus melengking, begitulah suara dikir di malam pesta kami. Tabung gendang yang badannya terbuat dari kayu, alas gendangnya dari kulit kambing dan diikat dengan rotan. Itulah alat pemain pemain dikir itu untuk menyanyikan pujian terhadap Nabi. Suaranya sangat keras. Melengking dan hampir terdengar seperti suara jeritan. Bagi pecandu dikir, mungkin ia akan sangat gembira mendengarnya. Tapi bagi yang tak suka, dikir hanya mungkin akan mengganggu tenangnya malam. Apalagi dikir dalam pesta kami berakhir jam 4 pagi. Tapi tak ada yang bisa menegor atas keberatannya, sebab sudah terbiasa dihadirkan di kota kami pada setiap malam pesta. Begitulah semaraknya malam wedding party kami dengan Len.
Kira kira jam 8 malam di saat nyanyian dikir baru saja dimulai, semua tamu tamu yang telah lebih dahulu datang untuk menghadiri pesta besok nampak masih saling ngobrol. Begitu juga dengan istriku Len dan juga sebagian familynya yang sengaja ikut untuk mengantarkan dia sebagai seorang mempelai wanita. Kulihat dia sedang asyik mengobrol bersama temannya. Aku lalu memanggilnya. Dia datang ke hadapanku. Kutanya apakah ia suka mie. Kalau suka, biar kubelikan saja. Len istriku mengiyakan saja. Dalam moment ini, inilah pertama kalinya saya berdialog tentang makanan dengan istriku. Sebelumnya kalau kami membicarakannya, itu masih dalam masa berpacaran. Tapi sekarang ia telah menjadi ibu rumah tanggaku.
Setelah Len menyetui, saya langsung menyuruh seorang dari karyawan kami untuk membelikannya. Ketika karyawan kami datang, rupanya ia membawa mie dengan porsi tanggung. Namanya Mie Jomput. Maksudnya mie dengan ukuran sejemput saja banyaknya. Mungkin karena ukuran banyaknya yang tanggung itu makanya mie makanan kami disebut Mie Jomput. Inilah kisah malam pesta kami sejak istri saya sudah tinggal seatap denganku.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment