Friday, July 24, 2009

17. PENGANTIN BARU

Seusai bersanding di pelaminan, kami masih diphoto beberapa kali di luar rumah, kemudian disuruh berangkat ke lantai atas rumah ayahku. Kami diphoto lagi beberapa kali di atas ranjang baru kami. Dengan posisi berdiri, duduk, ya tergantung mana yang nampak cantik menurut photografer yang telah disewa untuk memphoto di pesta pernikahan kami. Kami disuruh lagi mengganti pakaian budaya ayahku dengan pakaian selayar. Saya dengan baju jas dan celana biru. Sementara istriku dengan pakaian selayar warna putih yang amat mengembang pada bagian bawahnya. Sampai sampai bila berjalan, istri saya harus memegang pakaiannya agar tidak terinjaknya. Setelah di make up, kami diphoto lagi dengan pakaian selayar yang baru saja kami kenakan. Sesudahnya kami pergi menuju lantai bawah. Disana kami terus diarahkan untuk menuju pavilyun rumah. Disana kami lagi lagi disandingkan. Tapi bukan lagi dengan pakaian adat. Tapi kami sudah sedang memakai pakaian selayar. Di pavilyur rumah ini kami menikmati iringan music yang memeriahkan pesta kami. Lagunya tentunya lagu lagu yang sedang top pada masa itu. Kakakku yang bungsu sempat juga membawakan sebuah lagu dengan irama jazz. Memang begitulah lagu kesukaan kakakku. Dia asyik menyanyi dan menari di depan pemain guitar dan pemain drum yang lagi asyiknya mengiringi lagu yang dibawakan kakakku. Sementara aku dan LEN duduk saja bersanding menyaksikan lagu lagu yang sedang mengalun. Kami yang masih berusia muda pada saat itu memang sangat suka music. Sementara ibu dan ayahku yang tidak menyukai iringan music ini, lebih memilih bertahan saja di dalam rumah karena merasa tak menyukai music ini. Sementara saya pada masa itu bersedia menjadi pemain drumnya kalau diizinkan. Tapi saya tak memintanya karena saya dìhadirkan disini hanya untuk disandingkan dengan istri sebagai pengantin baru, bukan pemain music.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment