Friday, July 24, 2009

20. DI PENGHUJUNG PESTA

Seusai pesta, kami masih diajak lagi untuk berphoto di pelaminan di ruang tamu dengan pakaian selayar. Ketika sedang asyik berphoto di ujung pesta kami, tiba tiba temanku Ilham datang. Ia masih sempat mau bergabung untuk berphoto, tapi salah satu dari anggota keluargaku melarangnya untuk ikut. Jadinya ia mundur dan tak mengusulkan untuk berphoto lagi. Mulanya saya kasihan melihat dia tidak diperkenankan untuk berphoto, tapi mengingat dia salah seorang sahabat akrabku tapi baru di ujung pestalah ia baru menampakkan hidungnya, jadinya saya tak begitu menyukainya pada akhirnya. Dia sungguh tak seperti temanku yang lain. Saling bantu membantu dalam suka dan duka. Seperti Marwan, Bahri, Basyid. Semua temanku ikv membantu terlaksanana pesta kami. Entah kenapa Ilham jadi begini saat saya dalam pesta perkawinanku.
Waktu terus berlalu. Tamu tamu pestapun sudah mulai pulang satu persatu. Hingga tak ada lagi yang tersisa kecuali saudara kandungku sendiri. Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih sebanyak banyaknya pada tamu yang telah meringankan langkahnya untuk membantu memeriahkan pesta kami, begitu juga pada semua sahabatku. Semoga bantuan para tamu dan sahabatku akan dicatat Tuhan sebagai perlakuan mereka yang menguntungkan bagi mereka sendiri di hari akhir.
Di awal malam, tiba pulalah bagi kami untuk menikmati makan malam. Ibu dan saudara perempuanku terus mengajari istriku bagaimana melayani suaminya ketika setiap makan. Mulailah istriku dipandu oleh ibuku untuk menjadi istriku, bukan lagi sebagai pacarku. Mulai hari ini, mulailah istriku dipandu ibuku untuk memasak seperti cara memasak keluarga kami. Mulailah diajari bagaimana seharusnya berbuat pada suami dalam segala hal. Karena memang LEN sudah menjadi istriku, sudah menjadi keluarga kami. Mulanya saya kasihan pada istriku karena banyaknya yang mau diajari. Termasuk ketika saya sedang makan, istri harus menemaninya hingga selesai.
Dan banyak lagi yang diajari. Tapi saya meyakinkan diriku, apa yang diajarkan ibuku tentu sesuatu yang lebih baik buatku dan Len. Ibuku pasti menginginkan kami agar terus rukun untuk selamanya. Istriku juga nampak ikhlas menurutinya, sebab iapun hanya dituntun untuk melayani orang yang dicintainya sebaik baiknya.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment