Monday, July 20, 2009

4. PAKAIAN DALAM PERKAWINAN KAMI

Seusai pesta, LEN sudah boleh meninggalkan pelaminan. Sayapun segera dipanggil mertuaku untuk diperkenalkan pada banyak family istriku. Mertuaku memperkenalkan saudara saudaranya. Begitu ramainya. Apalagi ia memperkenalkan saudaranya yang kandung maupun yang sepupu. Satu persatu kujabat tangannya. Kutatap wajahnya satu persatu karena aku memang ingin mengenal keluarga istriku lebih jauh. Saya terharu betapa mereka menghargaiku. Mungkin mereka senang karena mereka telah mendapat family baru. Sayapun begitu. Apalagi kami adalah keluarga yang suka mengembara, tak punya banyak family di kota kediaman kami. Jadi senang rasanya karena baru mendapat tambahan family baru.
Seusai perkenalan dengan semua family LEN itu, saya diberi waktu sejenak untuk istirahat. Tak lama kemudian, saya dan LEN pun sudah disuruh untuk duduk berdua kembali di ruang tamu. Tapi tidak lagi di atas pelaminan seperti tadi. Len yang lebih dulu duduk menunggu. Saya datang menyusul kemudian. Ketika Saya mendekati LEN, saya melihat bahwa busana budaya yang ia pakai sudah diganti dengan busana Arabia. Sama seperti saya. Saya juga telah disuruh mengganti pakaian saya menjadi pakaian Arab. Saya memakai jubah, serban dan egal. Len istri saya juga memakai busana muslimah Arabia. Dia nampak sangat manis dengan busana itu. Betapa maha terpujinya Tuhan telah memberikan aku pasangan hidup seperti dia. Saya disuruh duduk disampingnya. Kami duduk bergandengan di depan pengurus pengurus adat untuk dinasehati. Tak kusangka acaranya begitu lama. Hampir semua orang yang hadir di tempat itu punya kewajiban untuk memberi kami nasehat. Mulai dari nasehat berbau agama hingga berbau adat. Satu persatu kudengarkan, kuhayati, memang semua yang mereka katakan seluruhnya benar. Tujuannya agar aku dan LEN saling memghormati, menyayangi, mencintai dan saling mengalah. Saya hanya merasa bosan dengan lambatnya waktu agar semua nasehat selesai mereka sampaikan. Kalau intinya benar semua. Mereka ingin agar aku menyayangi LEN. Yah, tanpa mereka katakanpun aku menyayanginya. Aku telah memilihnya sebagai teman hidupku. Sebagai ibu dari anak anakku nantinya. Aku telah mencintai dan menyayangi LEN sebelum mereka mengatakan semua ini.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment