Thursday, July 23, 2009

15. BERSANDING DI PELAMINAN

Setelah saya dan istri sudah selesai berdandan, sementara ruang tamupun sudah mulai dipenuhi tetamu undangan pesta, kamipun sudah diminta untuk keluar kamar untuk disandingkan. Dua sejoli yang kemarin di sandingkan di kampung mertuaku, kini disandingkan lagi di rumah ayahku dengan busana budaya yang berbeda. Kami keluar dari kamar ibu. Aku yang berada di bagian depan. Istriku berjalan mengikutiku dengan perhiasan yang amat lebar di kepalanya. Saya kasihan melihat betapa beratnya mahkota perhiasan yang diikatkan ke kepalanya. Tapi aku terus teringat betapa ia mengharapkan untuk hidup bersama denganku. Jadi setelah kuingat tentang pengharapan itu, saya yakin sendiri bahwa ia akan sangat bangga bersanding denganku. Ia juga tak akan perduli dengan berat dan juga mahkota budaya lain yang ia pakai. Ia sudah tidak memperdulikan budaya demi aku. Jadi aku yakin ia akan bahagia bila berada di sampingku.
ketika kami akan melintas dari banyak tetamu untuk menuju pelaminan, saya sempat melihat ibu saya dan saudara saudaranya sedang tersenyum melihat kami. Betapa bangganya ia melihat keadaan kami. Saya yakin ia merasa bangga sekali karena ia tahu bahwa aku sangat mencintai istriku, dan istriku juga sangat mencintaiku. Tantangan berat dan lautan perpisahan telah datang ingin menghancurkan ikatan cinta kami, tapi semua akhirnya dapat kami lalui. Kini aku dan LEN sedang berjalan bersama menuju pelaminan yang sudah tersedia di ruang tamu. Mungkin itu yang membuat ibuku bangga.
Kami terus saja melangkah hingga sampai ke pelaminan. Saya disuruh untuk duduk di sebelah kanan dan istriku dari sebelah kiri. Di sepasang kursi pelaminan ini pulalah kami menjadi raja sehari. Music pilihan mulai dimainkan. Tamu tamu mulai berdatangan. Ada yang langsung berjabatan padaku dan istriku dan ada juga yang hanya sampai ke ibuku. Pesta berjalan begitu meriah.
Ada yang mengatakan agar persandingan dihentikan saja sebab Len mungkin sudah capek menanggung berat mahkota di kepalanya. Tapi ada juga yang kelihatan agar persandingan diteruskan dulu sebab ia belum bosan memandangi meriahnya pasangan pengantin yang ia lihat.
Saya bahkan bertanya pada istriku apakah ia sudah capek, apakah mahkotanya terlalu berat. Tapi istri mengatakan bahwa ia belum begitu capek. Karena itu sayapun tidak keberatan kalau kami ditahan lebih lama di pelaminan pesta kami.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

2 comments:

  1. Moment yang tak akan dan tak ingin kita lupakan, menjadi raja dan ratu sehari bersanding di pelaminan, selamat moga bahagia yang didamba dan dicita jadi tergapai.

    ReplyDelete