Tuesday, July 21, 2009

8. TUGU KEBERSAMAAN

Berangkat sudah kami menempuh hidup baru. Berangkat sudah ke dunia baru yang mudah mudahan akan diridhoi Tuhan selalu. Berakhir sudah masa berpacaran. Kisah cinta di bukit berbunga tinggal cerita cinta yang perlu kami ingat bersama. Tak akan pernah lagi kami ke tempat itu. Ke tempat bukit indah berbunga yang cukup menyenangkan. Ke sana aku mengajaknya. Bermain bersama, memadu kasih, sekarang sudah berlalu. Semua tempat tempat memadu kasih sudah tinggal kenangan. Semoga kenangan ini akan menjadi perisai buat cinta kami. Susahnya melabuhkan cinta kami ke tepian karena banyaknya tantangan. Semoga semua ini akan menjadi tugu kebersamaan kami untuk tidak pernah saling membenci. Hari ini LEN sudah menjadi milikku dunia akhirat. Kini ia ada di sampingku. Duduk menggendong ayam kampung betina sesuai adat yang berlaku di keluarganya. Hari ini kami sudah di perjalanan. Menuju rumah tangga baru yang semoga tidak ada duka. Semoga bila ada pertengkaran di kemudian hari, aku dan dia akan selalu mengingat cinta kasih kami. Cinta semasa belum menikah. Semoga kenangan indah itu akan menjadi kenangan. Semoga tantangan keras orang tuanya akan selalu membuat kami selalu bersyukur karena Tuhan ternyata memihak pada kami.
Roda terus berputar, tiba tiba ayam hidup yang digendong istriku mau meronta. Istriku merasa kegelian. Iapun hampir melompat dari tempat duduknya. Untunglah saya berani memegang ayam itu. Kebetulan pula ada family kami yang bersedia memegang ayam itu. Lalu ayam itupun segera dititipkan pada family kami yang duduk di jok belakang mobil kami. Sejak itu perjalanan mulus terus. Tak ada kendala yang datang menghadang. Semoga beginilah rumah tanggaku dan LEN untuk selama lamanya. Semoga tak ada kata berpisah di antara kami, kecuali harus mautlah yang akan merenggut kebersamaan ini. Akupun ingin bila bukan hanya di dunia ini LEN menjadi milikku. Aku juga ingin menjadi suaminya kelak di sorga. Ya, aku ingin memperistri LEN di surga nantinya. Aku ingin melindungi dan menyayanginya di sepanjang kehidupan ini. Begitu juga di tempat setelah pergi dari dunia ini. Semoga istri saya juga akan bertekad begitu. Begitulah perjalanan dari kampung asal istriku menuju kota kediaman orang tuaku.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment