Tuesday, July 21, 2009

10. DI RUMAH AYAHKU

Begitu kami tiba di depan rumah ayahku, aku sudah melihat kedua orang tuaku sedang menunggu rombongan kami. Ayah dan ibuku nampak sangat semangat dan gembira. Setelah tinggal satu langkah sebelum sampai ke pavilyun rumah, kami terus disuruh berhenti di atas dua helai kulit batang pisang yang sengaja di taruh di tempat kami berdiri sekarang. Saat berhenti sejenak, bacaan sholawat nabipun dibacakan sekeras kerasnya oleh pemuka agama. Dengan alunan merdu ia membacakannya. Kemudian ayah dan ibuku, begitu juga semua tamu yang sedang menyambut kami segera bersorak mengatakan, 'horas horas horas'. Mereka mengatakannya sambil menyiramkan biji beras ke atas kami. Begitulah disorakkan kata horas dan kami disiram dengan beras hampir segenggam setiap orangnya. Lalu dengan ucapan basmalah kami melangkahkan kaki kanan untuk masuk ke rumah ayahku.
Begitulah ketika kami masuk ke rumah. Inilah pertama kalinya Len masuk ke rumah kami. Belum pernah sebelumnya. Dulu kalau saya tahu bahwa dia yang akan menjadi istriku, saya akan memperkenalkannya pada ibuku. Tapi sayang, kalau ia ada di kotaku pada masa itu, saya belum tahu kalau perkawinan ini harus terjadi. Memang dari sejak jumpa pertama dengan dia, saya sudah selalu menyayanginya. Tapi saya benar benar tak tahu bahwa dialah yang ditakdirkan Yang Kuasa untuk jadi ibu dari anak anakku. Dialah rupanya yang diperuntukkan Tuhan untuk menjadi istriku. Itulah yang menyebabkan baru kali ini ia masuk ke rumah ayahku. Tapi begitu ia masuk, ia bukan lagi sebagai pacarku. Tapi sebagai permaisuriku.
Setelah sampai ke dalam rumah, petugas agama lalu membaca do'a agama.
Suasana ruangan di tempat kami didoakan juga sudah didekorasi sedemikian rupa. Sebab besok akan diadakan pesta pernikahan kami di rumah ayahku. Kalau pesta tadi di rumah mertuaku, tapi besok gilirannya di rumah ayahku. Sesudah do'a selesai dibacakan, kamipun istirahat ke lantai dua rumah ayahku. Sebab mereka sudah yakin bahwa kami sangat lelah dalam perjalanan jauh tadi. Kami segera memasuki ruangan kamar tempat tidurku selama ini.
Akhir akhir ini memang saya tinggal bersama ayah karena kondisi kesehatannya yang sudah mulai menurun. Itu makanya saya katakan di samping kamarku yang biasa.
By writer of Hajji Book:
40 Hari Di Tanah Suci
Thank you

No comments:

Post a Comment